Cerpen | My Streasure


MY TREASURE

Seorang bocah kecil memandang dari balik jendela, melihat aktifitas Dunia luar. Yang tidak asing lagi dengan keramaian, gemerlap, hingga kabut debu yang menyelimuti kota tempat si bocah tinggal.

   Ada satu kata yang dia simpan rapat-rapat selama ini, bagaikan sebuah kotak yang terkunci yang di dalamnya tersimpan hartakarun, sehingga untuk mendapatkannya harus dengan usaha dan kesabaran.

   Satu kata bagaimana dia begitu penasaran, satu kata bagaimana dia mengaguminya, satu kata yang amat sangat ingin dia miliki sendiri, tanpa ada orang lain memintanya. 

   Bocah kecil yang amat alus, polos, penuh keingintahuan, hanya bisa berdiam diri di dekat jendela kesayangannya itu, sekotak jendela yang mungkin tak pantas di sebut jendela, terbuat dari besi . Dari besi itu terdapat celah yang dia sebut sendiri dengan nama jendela. Tempatnya pun di lorong jalan atau kita sebut saja trotoar. Bagaimana mungkin ini bisa di sebut jendela, tapi bagi si bocah ini adalah jendela dan dengan ini sudah sangat menyenangkan hatinya. Ya si gadis kecil ini tinggal di dalam lorong yang mungkin tak pantas jika di sebut tempat tinggal. 

   Tatapanya penuh penderitaan, masa depan, tanda tanya…?
Setiap pagi dan malam hari dia berlari,bergegas ke arah jendela, dan dia  teringat kejadian  yang ia lihat oleh mata kepalanya sendiri. Ada dua orang wanita yang dia lihat sedang berbincang dengan nada tergesa-gesa.
Si A : “ Buruan sini….! “
Si B : “ Ya elah sabar kalii “
Si A : “ Gimana mau sabar dia sudah mau datang sist “
Si B : “ Kenapa lo gak beli sendiri aja sih, gini kan jadi ribet, gue mau make juga di buru-buruin sama lo “
Si A : “ Ya elahh Cuma gini doang pelit amat sih lo, nanti gue ganti kalau udah punya duit , haha… “

   Dengan tatapan yang penuh penasaran si bocah itu memandang salah satu wanita yang sedang memakai benda yang memiliki warna yang begitu indah bagi si bocah, “warnanya cantik…” ucap si bocah dalam hati. “Aku suka warnanya penuh semangat, pengorbanan…” si bocah itu tersenyum sengit. Dua orang wanita itu pun pergi bersamaan dengan sadarnya si bocah karna lamunannya itu.
 
   Datanglah tetesan hujan malam itu, tak di hiraukannya air hujan yang menetes deras kala membasahi tubuh kecil nan kurus si bocah. Dia keluar dari tempat dimana dia tinggal, berteduh selama ini, “Ini waktunya aku cari makan” ucapnya dengan jiwa yang penuh semangat. 

Dengan cara inilah dia mencari sesuap nasi, di bukanya payung yang sudah lusuh miliknya dengan segera, dia berjalan mondar-mandir mencari orang-orang yang membutuhkan payungnya.

   Berjam-jam lamanya tidak ada satupun orang yang mau ojek payung darinya. Hatinya sedih, dia takut hujan akan segera berhenti. Dilihatlah seorang wanita di halte bis dengan dandanan yang super wahh, riasan yang begitu apik, da tentunya ada warna kesukaan si bocah yang mewarnai kedua bibir wanita itu. Dengan sigap si gadis mendatangi si wanita, menawarkan payung padanya. Dan terlihat wanita itu sedang terburu-buru sehingga di rebutnya dengan cepat payung yang ada di genggaman sibocah , berlarilah wanita ke arah sebuah mobil yang mewah. Di bukanya pintu mobil dan masuklah wanita itu, di bukanya lagi jendela mobilnya, di rogohnya sesuatu dari dalam tasnya. Bocah cilik itu tak mau berkedip melihat wajah si wanita, seolah-olah dia melihat harta karun yang selama ini dia cari. “Heii.. kenapa kamu dari tadi ngeliatin saya, seperti ngeliat bidadari ya”, tersenyum si wanita. 

Dipegangnya sebuah benda yang dia ambil dari dalam tasnya. “Kau tahu ini apa” tanya si wanita . Bocah Itu pun hanya menggeleng. “Ini adalah benda yang harus dan wajib di bawa oleh perempuan cantik kayak saya ini, tidak boleh ketinggalan apalagi lupa, tapi kamu beruntung karna saya sudah tak membutuhkannya lagi, karena apa? Saya baru dapet hadiah dan barangnya lebih bagus dari pada ini,jadi ini sudah tak berguna lagi , Saya kasih ke kamu saja ok..” . Di kasihnya benda itu ke si bocah di tutupnya jendela mobil wanita itu. Si bocah hanya bengong, dan di bukanya lagi jendela mobil si wanita. “Ohh ya..., ini namanya G I N C U , kenapa gincu? Karena … ya karena saya pingin nyebut aja itu gincu, dulu saya sebut itu lipstik, tapi karena saya sudah punya yang lebih apik, dan bagus dan juga mahal tentunya, saya kasih nama iyu gincu, biar beda aja sih.. Haha..” pergilah si wanita dengan tawa sengitnya . Si bocah terdiam ,tak percaya dia mendapat kan harta karunnya selama ini. “GINCU…!!!” teriak si bocah . Dia berlari dengan girang, meskipun perutnya kosong, kelaperan dan dia belum mendapat sepeserpun uang hasil ojek payungnya, tapi dia begitu gembira, mendapat sebuah lipstik dari seorang wanita . “wanita itu baik sekali” kata si bocah . Lipstik itu sangat berarti bagi si bocah , padahal bagi si wanita itu hanya sampah. 

  Terlihat di wajah mungil si bocah, senyuman yang tipis bahagia hatinya. Cepat-cepat dia masuk ke gubuk tempat dia tinggal. Di carinya sebuah kotak , di ambilnya selembar kertas. Dan di bawanya ke dekat jendela yang dia banggakan itu, di bukanya kertas itu lalu di goreskannya perlahan lipstiknya ke kertas, dan tersenyumlah si bocah kecil dengan penuh gembira. 

_The end_

Nurul Fadhilah.

Post a Comment

0 Comments