Andaian Pagiku
Sempat menggerutu pagi itu
saat dering membangunkanku,
diangka sepuluh aku mengeluh.
Andai saja dulu mereka diam membisu,
tanpa bergerak, teriak, memberontak,
mungkin pagiku akan lebih panjang.
Andai saja di masa lalu mereka diam tak mau tahu,
tentu aku tak perlu datang, memberi salam penghormatan.
Demikian pikirku,
Tapi. . .
Kibarnya Sang Saka lebih utama
dari sekadar umpatku yang sia-sia.
Juang mereka lebih berharga,
dibanding dingin pagi yang menyapa.
Ah Tuhan, perkara apa aku murka, bila
pagiku terusik oleh rutinitas upacara.
Atas dasar apa aku benci,
angka sepuluh yang berarti.
Andai saja waktu lalu mampu terulang,
Bolehkah aku ikut berjuang, Tuhan?
Malang, 22 November 2017
0 Comments