ISYARAT DI BALIK NAMA-NAMA AL-QUR'AN



ISYARAT DI BALIK NAMA-NAMA AL-QUR'AN
Oleh : Zakiyal Fikri Muchammad

      Sebagaimana disebutkan oleh para ulama bahwa al-Qur'an memiliki nama-nama atau julukan baginya. Nama-nama tersebut secara terpisah, memang sengaja Allah tampilkan di setiap ayat-Nya dengan tujuan karena memuat maksud dan isyarat yang mulia dan biasanya berkaitan dengan konteks ayat tersebut.
      Jumlah nama al-Qur'an memang beragam, ada mengatakan hanya memiliki lima nama sebagaimana pendapat al-Mawardi. adapula yang menyebutkan 55 nama seperti al-Suyuthi. Begitu juga ada yang berpendapat 99 bahkan kata al-Farairuz Zabadi jumlahnya mencapai 100 nama. Perbedaan jumlah ini dikarenakan adanya perbedaan pendapat mengenai pengelompokkan mana yang sebenarnya merupakan nam al-Qur'an dan mana yang sebenarnya hanyalah sifat dari al-Qur'an.
Dan karena jumlahnya yang sangat banyak itu, maka tidak mungkin bila dalam artikel ini disebutkan semuanya, sehingga dalam hal ini, kami hanya mengambil lima nama saja sebagaimana yang disampaikan al-Mawardi di atas, untuk mengemukakan hikmah di balik penamaan itu. Untuk lebih jelasnya, ikuti pemaparan berikut ini.

*Pertama, al-Qur'an
          Nama al-Qur'an ini merupakan nama yang paling utama dan paling banyak disebutkan oleh Allah di banyak tempat. Semisal dalam dua surat berikut ini:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Quran kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.” (QS. Al Insaan: 23).
"Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (QS. Yusuf: 2).

     Hikmah atau isyarat dari nama ini dapat kita temukan dalam arti lafaz al-Qur'an itu sendiri. Menurut para ulama, lafaz al-Qur'an merupakan bentukan (Masdar) dari kata Qa-Ra-a yang mempunyai dua makna. Pertama, bermakna qiraah. Dan kedua, al-Jam'u (mengumpulkan).

    Maka berdasarkan pemaknaan ini, isyarat atau hikmah yang bisa dipetik adalah pertama, al-Qur'an merupakan bacaan. Dan tidak mungkin suatu bacaan bisa dipahami maksudnya kecuali dengan membacanya. Begitu juga al-Qur'an, isi dan kandungannya pun tidak dapat dimengerti kecuali dengan membacanya terlebih dahulu. Oleh karena itu, kehadiran al-Qur'an di ditengah-tengah kita di awali dengan ayat iqra yang ini mengindikasikan bahwa pertama kali yang harus dilakukan seseorang sebelum menyelami lautan hikmah di dalamnya, adalah membacanya terlebih dahulu. Sehingga sangat rugi dan sia-sia sekali bila ada orang yang enggan membacanya dan tak mau mempelajarinya. Sebab al-Qur'an mengandung pahala yang begitu mulia di setiap ayatnya.

        Berkaitan dengan ini, Utsman bin Affan pernah menyatakan: "bahwa sepulah perkara yang paling sia-sia adalah: orang alilm yang tak ditanyai, ilmu yang tidak diamalkan, pendapat benar yang tak diterima, pedang yang tak digunakan, masjid yang tak digunakan shalat (sepi pengunjung), mushaf yang tak dibaca, harta benda yang tak diinfakkan, kendaraan yang tak ditunggangi, ilmu zuhud ditengah-tengah seseorang yang menghendaki dunia, dan umur panjang yang pemiliknya tak bertambah amalnya".

    Hikmah kedua yakni bahwa al-Qur'an itu bersifat mengumpulkan (al-Jam'u). Maksudnya, mengumpulkan khabar-khabar dan hukum-hukum Allah. Baik khabar tentang umat terdahulu maupun khabar tentang hal-hal ghaib. Baik hukum yang menyangkut hubungan antara hamba dengan Tuhannya (hablum minaallah) maupun hukum yang menyangkut hubungan antara sesama manusia (hablum minannas). Berdasarkan pengertian ini, maka al-Qur'an dengan sekumpulan kisah-kisah di dalamnya itu seakan-akan seperti "cermin" yang memberikan pelajaran, nasihat dan hikmah untuk kita di kemudian hari supaya lebih berhati-hati dan bertindak lebih baik lagi. Allah berfirman: "sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal”. (Yusuf: 111).

      Selain bermakna mengumpulkan kisah-kisah, al-Qur'an juga mengumpulkan lafaz dan maknanya dalam dada para manusia. Dalam arti, al-Qur'an itu dihafal di dalam dada para huffadz. Sehingga karena hal tersebut, kita pun sangat mungkin bisa menghafalnya jika memang kita adalah orang yang memiliki kemauan dan usaha keras. Artinya, bukan suatu kemustahilan, jika al-Qur'an yang berjumlah 30 juz dan 114 surat itu bisa di baca di luar kepala, karena memang Allah sendiri yang menjamin. Dia berfirman: Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran". (QS. al-Qamar:17).

      Kemudian jika kita sudah bisa menghafalnya, maka saat itu pula janji-janji Allah akan berdatangan kepada kita. Diantaranya kita akan mendapatkan syafaat di hari kiamat, dijuluki manusia terbaik, derajatnya dinaikkan  dan masih banyak lagi sebagaimana dalam hadits disebutkan: "Penghafal Quran akan datang pada hari kiamat dan AlQuran berkata: "Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia. Kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan). AlQuran kembali meminta: Wahai Tuhanku, ridhailaih dia, maka Allah meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu, bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga). Dan Allah menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan.” (HR Tirmidzi).

*Kedua, al-Kitab*
Nama al-Kitab ini diantaranya disebutkan oleh Allah dalam Qs. al-Baqarah[2] ayat 2: "inilah Al Kitab yang tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. (QS. Al-Baqarah: 2). Bila ditinjau dari segi bahasa, ia berasal dari kata ka-ta-ba yang kemudian bisa dibentuk menjadi al-Kitab yang bermakna buku atau menjadi al-kitabah yang berarti menulis. Hikmah penamaan al-Qur'an dengan makna al-Kitab berarti ia adalah buku yang mermuat informasi dan segala yang dibutuhkan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya. Semua telah dijelaskan di dalamnya. Allah berfirman: "Alif laam raa. Suatu kitab yang ayat-ayatnya dikukuhkan dan dijadikan kebijakan hukum serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu." (Qs. Hud[11]:1).

         Sementara penamaan al-Qur'an dengan arti al-kitab yang berarti al-kitabah adalah bahwa al-Qur'an itu memang ditulis di dalam mushaf baik berdasarkan urutan mushafi (al-Fatihah sampai al-Nas) maupun urutan penurunannya (al-Alaq--al-Baqarah ayat 278). Sebagaimana sejarah merekam bahwa proses penulisan dan pengumpulan tersebut  merupakan peristiwa besar yang memikat banyak kalangan. Mulai dari pengumpulan data riwayat bacaannya, penulisannya yang dikomandoi oleh Zaid bin Tsabit sampai pendistribusiannya ke lima negara islam, semua itu menunjukkan penghormatan yang menakjubkan kepada kitab yang satu ini.
    Dari penamaan al-Kitabah itu, kita bisa mengambil hikmah bahwa penulisan al-Qur'an tersebut kemudian berevolusi menjadi ilmu tersendiri yakni kaligrafi atau kaidah imla'iyyah yang memukau. Ia telah menjadi seni dan syiar Islam yang tidak dimiliki oleh agama lain. Hingga saat ini, seni tulisan tersebut, pun telah menjadi ajang perlombaan internasional yang hadiahnya begitu fantastis.   

*Ketiga, al-Dzikr
      Nama _al-Dzikr_ ini secara terpisah telah disebutkan oleh Allah dalam surat al-Hijr yakni: "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (QS. Al Hijr: 9). Maksud al-Qur'an dinamai dengan al-Dzikr adalah bahwa ia kedudukannya sebagai pengingat atau pemberi pelajaran. Pengingat terhadap wajibanya amar ma'ruf nahi munkar, pengingat terhadap kewajiban beribadah hanya kepada Allah dan tidak boleh menyekutukan-Nya, pengingat terhadap wajibnya mensyukuri nikmat, pengingat wajibnya memenuhi amanat, wajibnya menghukumi dengan adil dan serta pengingat-ngingat lain yang tak mungkin disebutkan di sini.
     Sementara sebagai pemberi pelajaran, artinya bahwa al-Qur'an itu teleh memberikan pelajaran dalam semua lini kehidupan, baik yang kaitannya dengan 'ubudiah seperti pelarangan untuk syirik, ibadah harus ikhlas, takwa dalam kondisi sepi dan terang-terangan; atau berkaitan dengan muamalah seperti pelajaran pelarangan mencaci maki saudara seiman, perintah saling membantu dalam kebaikan, tidak melakukan kedzaliman; atau berkaitan dengan persolanan rumahtangga seperti pelajaran berkata baik kepada orang tua, cara menggauli istri, prosedur pembagian waris yang legal dan lain sebagainya. Ini semua merupakan re-presentasi al-Qur'an sebagai peringatan dan pemberi pelajaran untuk manusia. Dan tidak ada alasan bagi kita untuk memperhatikan, mengikuti dan mengamalkan isi peringatan dan pelajaran itu.

*Keempat, al-Tanzil
        Banyak ayat yang menjelaskan bahwa al-Qur'an dinamai dengan al-Tanzil ini, diantaranya adalah pada surat al-Syu'ara ayat 192: "Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam". (QS. Asy Syu’ara’: 192). Penamaan al-Qur'an dengan nama ini tentu memiliki tujuan diantaranya adalah: pertama, bahwa nama al-Tanzil ini menegaskan akan status Al-Quran sebagai firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad sehingga ia bukan kalam manusia. Kedua, menginformasikan bahwa al-penurunan al-Qur'an merupakan peristiwa besar yang melibatkan penduduk langit dan bumi hingga menghabiskan waktu selama 23 tahun. Ketiga, menginformasikan bahwa al-Qur'an itu merupakan kitab yang agung dan bisa mengagungkan derajat (manzilah) siapa saja yang mau menjadikannya pegangan hidup.

*Kelima, al-Furqan*
       Nama al-Furqan sebagai julukan al-Qur'an, dengan tegas telah sampaikan Allah dalam surat al-Furqan ayat 1: "mahasuci suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (QS. Al Furqaan: 1). Penamaan ini pastinya juga memiliki maksud yang tersirat di dalamnya, diantara adalah bahwa ia dijadikan sebagai pegangan sekaligus "tolak ukur" bagi manusia untuk membedakan mana yang benar dan salah, mana yang baik dan yang jelek, mana yang bermanfaat dan mana yang membahayakan.

     Artinya, dengan sendirinya al-Qur'an itu telah memilih dan memilah bagi kita mana saja hal-hal yang termesuk halal, mana yang termasuk haram, mana yang termasuk perintah dan anjuran, semua itu semata-mata untuk menunjukkan kita ke jalan kebenaran. Disamping itu, nama al-Furqan tersebut juga mengindikasikan bahwa al-Qur'an itu berbeda dari kitab-kitab samawi lainnya, berbeda salam segi waktu penurunannya, isi dan kandungannya, bahasa dan maknanya, sampai prediksinya terhadap perkara ghaib juga menegaskan bahwa semuanya pasti terjadi di kemudian hari.
    Demikianlah setidaknya beberapa hikmah dan isyarat yang bisa kita petik dalam lima nama al-Qur'an di atas. Dengan mengetahui isyarat khafiyah (isyarat samar) atau maqashid al-tasmiyyah (tujuan penamaan), kita semakin menumbuhkan gairah kecintaan kepada al-Qur'an dari hari-hari sebelumnya; kita semakin gemar membacanya, giat mempelajarinya dan tunduk kepada aturannya. Dan saat itulah, kita bisa menjadi ahli al-Qur'an yang dijanjikan oleh Allah dengan surga-Nya. Amin.
-------------------------------------------------------------------
Kirim tulisanmu di Nulis.
Cerpen, puisi, artikel atau karya tulis lainnya.

Post a Comment

0 Comments